Di Incar Penghuni Pabrik Tua



Horror Thread, Horror Story



Gambar cover pabrik tua
(gambar pabrik hanya ilustrasi, tidak menggambarkan pabrik yang sebenarnya)

Apa yang gw(simpleMan) tulis ini bukan cerita sembarangan, melainkan satu dari banyaknya kenangan yang gak bakal pernah gw lupain seumur hidup gw, kenangan buruk atau baik gw gak bisa menilainya karena gw percaya di balik setiap kejadian pasti ada pelajaran berharganya termasuk cerita gw ini.
Sebelum baca cerita pengalaman gw ini, gw cuma mau nyampein, gw gak bisa ngasih tau dimana atau siapa gw, karena gw mau tetap jadi seseorang yang membagi kisah/cerita pengalaman gw dan semoga ada hikmah atau pelajaran yang bisa di ambil dari cerita gw ini.


Percaya atau tidak percaya kembali pada diri anda, karena apa yang gw alamin benar-benar terjadi, daripada banyak intro, gw langsung aja mulai menceritakan kisah gw


Perhatikan sekeliling, mungkin saja ada mereka di samping anda.


Kejadian ini terjadi pada tahun 2003, gw tinggal di sebuah kecamatan dengan 2 desa yang masih terjaga keasrianya, jalanan belum ada yang di aspal, jarak antar rumah tetangga terpisah jauh oleh kebun-kebun milik satu warga dengan warga yang lain. Bisa di bilang, desa gw masih orisinil


Tapi gw gak akan cerita tentang desa gw. Jangan khawatir akan ada waktunya buat cerita tentang desa gw ini, karena yang mau gw ceritain jauh lebih menarik di bandingkan para penghuni desa gw, gw sebut mereka para penghuni pabrik tua.


Desa gw memiliki anak sungai sebagai pembatas dengan desa tetangga yg masih satu kecamatan. Jauh di hilir sungai, bila mengikuti arus air, akan ada sebuah lahan kebun tebu yang sangat luas, gw gak tau berapa luasnya, yang jelas, kami anak-anak desa di himbau utk tidak mendekatinya.


Tepat di barat ujung lahan tebu, berdirilah sebuah pabrik gula. (Saat ini pabrik itu sudah lama tidak beroperasi lagi) , pabrik gula ini, memiliki luas yang juga tidak kalah besar di bandingkan lahan tebunya, disini banyak pekerjanya adalah warga desa kami dan desa tetangga.


Konon kabarnya, pabrik gula ini sudah ada semenjak jaman belanda, sehingga tidak mengejutkan bila bangunanya masih terkesan kuno disana-sini, bahkan di samping pabrik di dirikan sebuah perumahan kecil untuk para pekerja pabrik yang datang dari luar kota.


Sebegitu besarnya pabrik gula ini sampai di buat 4 zona bagian. Di ujung timur, terdapat gudang utama dan pagar pembatas untuk rumah pekerja pabrik.


Di bagian barat, adalah kantor utama, terdapat lapangan sepak bola yang dapat di gunakan untuk umum, dan sebuah masjid besar.


Zona utara terdapat ruang produksi, besarnya 2 kali lipat dari zona timur, dan ada lapangan tenis namun hanya untuk pribadi dan karyawan pabrik. Terdapat juga sekolah TK, gaya bangunanya bergaya eropa, sekolah TK ini di buat pabrik untuk anak para pekerja dan untuk umum.


Kita beralik ke zona selatan yang akan jadi latar utama cerita gw.


Zona selatan adalah zona pabrik yang hampir tidak di gunakan lagi, karena, dulu sebelum gw lahir, zona selatan adalah zona yang menjadi saksi kebakaran hebat, sehingga tempat ini adalah tempat paling terbengkalai


Apa saja yang ada di zona selatan?


Di zona selatan adalah gudang utama sebelum pindah ke zona timur, selain itu ada beberapa kolam yang di gunakan untuk menampung limbah, ada juga tempat timbangan sebelum barang di kirim keluar. Semua itu ada di zona selatan ini, namun.


Namun. Zona selatan adalah zona dimana banyak kejadian misterius terjadi. Bisa di bilang zona selatan adalah zona dengan penjagaan dari satpam yang paling rentan sehingga masyarakat desa biasa menggunakan jalanan ini untuk ke lapangan atau masjid atau bahkan desa tetangga


itu adalah sedikit gambaran tentang pabrik gula ini. Lalu apa hubunganya dengan pengalaman gw tentang penghuni pabrik tua ini.


Dari sini, gw akan memulainya.


Seperti yang gw bilang tadi, kejadian ini terjadi pada tahun 2003, waktu itu gw masih menginjak bangku SD kelas 3, gw cuma anak-anak biasa yang tumbuh sperti anak-anak yang lain, namun, entah apakah saat itu adalah hari sial bagi gw, karena ada sesuatu yang lain yang tampaknya tertarik dengan gw


Gw masih inget jelas, hari itu, adalah kamis sore.


Ada hal yang anak-anak desa gw lakukan setiap sore menjelang maghrib, yaitu, bermain bola di lapangan.


Masalahnya adalah, gak ada lapangan di desa gw, hanya pohon rindang dan perkebunan warga, jadi akhirnya kami menggunakan lapangan lain.


Kami menyebutnya dengan “Lapangan pabrik”


Lapangan pabrik, adalah sebuah lapangan yanh di bangun oleh pabrik awalnya untuk para karyawannya namun bergeser menjadi lapangan untuk para warga, dan saat ini lapanganya untuk umum.


Karena lapangan pabrik ada di zona barat, sedangkan letak desa gw jauh di timur pabrik, maka kami harus memutar untuk sampai ke lapangan, dan zona selatanlah yang paling dekat bila di tempuh dengan jalan kaki.


Terdapat jalan setapak dari aspal di zona selatan, maka ketika kami melewati jalan itu, maka kami bisa melihat dengan jelas bangunan gudang-gudang tua yang dulu pernah menjadi saksi tragedi kebakaran hebat, juga kolam-kolam limbah bekas pabrik.


Sejujurnya, para orang tua di desa gw tidak menganjurkan kami melewati zona selatan pabrik karena konon tempat itu adalah tempat yang angker untuk di lewatin anak-anak, namun dari pada kami harus jalan memutar yg lebih jauh, kami akhirnya tetap memilih jalur itu


Kami sampai di lapangan jam setengah 4 sore, dan akan pulang sebelum adzhan masjid dekat lapangan berkumandang.


Waktu itu, kami keasyikan bermain sehingga, ketika kami sadar adzhan maghrib berkumandang dan hari sudah petang.


Kami segera mengakhiri permainan, dan berduyun2 untuk pulang, kemana kami lewat?


Jawabannya zona selatan yang waktu itu sangat-sangat gelap nan mencekam padahal itu masih jam setengah 6 sore.


Kami berusaha menjaga lisan dan sikap saat melewati jalan itu, seperti perintah orang tua kami.


Setelah melewati bangunan tua gudang lama, kami sampai di kolam limbah, disini, gw jadi inget sebuah cerita yg pernah gw denger dari bapak.


Dahulu, ada seorang karyawan pabrik, yang membawa anaknya untuk memanen tanaman singkong di samping kolam limbah, anaknya masih kecil, mungkin seusia gw waktu itu, dan ketika orang itu asyik memanen singkong, tanpa sadar, anak yang beliau bawa tiba-tiba menghilang.


Beliau PANIK


PANIK, sang ayah terus mencari, tanpa disadari hari mulai gelap, dan dia masih belum menemukan dimana keberadaan anaknya.


Hal ini segera di laporkan pada satpam yg berjaga saat itu, kemudian hal ini segera menyebar, dan banyak karyawan yg ikut membantu


Sebegitu banyaknya karyawan yang ikut membantu tidak membuat sang anak yang menghilang ketemu.


Kemudian, seseorang berkata mungkin saja anak itu jatuh ke kolam limbah. Sang ayah membantah, karena kolam limbah itu di tutup oleh pagar kawat sehingga tidak mungkin dapat di tembus.


Setelah berdebat dan masih mencari, datanglah mandor yang kebetulan baru mendengar musibah itu. Beliau bertanya dimana terakhir melihat anaknya, lalu sang mandor hanya mengangguk.


Kata bapak, mandor ini adalah orang yang pintar dan bisa melihat hal-hal di luar logika.


Sang mandor kemudian pergi ke sebuah pohon besar di dekat kolam limbah, setelah kembali, wajah sang mandor tampak bersimpati. Beliau hanya mengatakan “wes, ikhlasno yoh” (sudah, ikhlaskan saja)


Mendengar itu semua orang bingung, termasuk sang ayah yang tampak emosi.


Kemudian mandor menjelaskan bila anak itu ada yang ngambil, dan sekarang dia sudah gak ada (meninggal) terjatuh di dalam kolam limbah. Ayahnya masih tidak percata dan meminta bukti bila itu benar. mendengar itu mandor itu hanya mengatakan, “tunggu 7 hari”


Selama 7 hari di tempat itu di adakan pengajian di pimpin sang mandor, dan juga penguburan kepala kerbau entah untuk apa, karena kata bapak mungkin kepala kerbau itu untuk mengganti jasad sang anak yang di bawa oleh mereka.


Benar saja. Setelah penguburan kepala kerbau, jasad anak itu di temukan, mengambang di kolam limbah namun dengan kondisi yang mengenaskan.


Semenjak saat itu, tempat itu banyak di hindari, termasuk oleh para karyawan pabrik.


Kembali ke cerita gw.


Hari sudah gelap, dan kami masih menelusuri jalan, pagar kawat kolam limbah sudah terlihat, artinya sebentar lagi kami akan sampai di desa.


Namun, gw berhenti.


Gw melihat gelagat yang aneh di pagar kawat, dan benar saja, gw melihat seekor belalang yang besar.


Belalangnya besar, seukuran kepalan tangan.


Tanpa berpikir panjang, gw teriak ke anak-anak yang lain. “Onok walang, onok walang gedeh kui” (ada belalang, ada belalang besar itu loh)


Anak-anak yanh lain yang melihat langsung berlari untuk menangkap belalang itu.


Sedikit info. Di pabrik memang banyak belalang besar, dan biasanya setelah tertangkap kami akan menggoreng atau membakarnya kemudian di makan. Tapi saat itu, entah apa yang terjadi, karena saat anak-anak mulai berlari, belalang itu seolah tau jadi kemudian dia terbang dan menghilang.


Kami semua kecewa dan akhirnya melangkah pulang. Namun, siapa sangka, hanya karena hal sepele seperti itu, malah mendatangkan malapetaka untuk gw dan keluarga gw.


Sebelumnya gw cuma mau ngelurusin, pabrik yang gw ceritain bukan pabrik gula Kalibagor, alasan kenapa gw pake foto itu karena pabrik gula kalibagor adalah pabrik yang hampir menyerupai mulai dari bangunan sampai cerobong asapnya.


Sedangkan Pabrik yang gw ceritain ini berlokasi di jawa timur dan saat ini sudah di ratakan dengan tanah, dan mulai di bangun perumahan.


Gw Lanjut ya


Sebelumnya, gw nunjukin belalang yang sebesar kepalan tangan sama anak-anak, dan anak-anak buru-buru buat nangkap belalang itu, namun, belalang itu melompat lalu menghilang begitu saja, kondisi waktu itu hari sudah gelap, kami akhirnya melanjutkan perjalanan pulang, gw, sama sekali gak mikir.


Akibatnya.


Sampe di rumah, gw mandi, sholat maghrib kemudian pergi mengaji.


Gw mengaji di sebuah surah dekat rumah, gak ada hal-hal istimewa yang terjadi, sampai, setelah mengaji, teman gw sebut saja Endah, menghampiri gw.


Endah itu cowok, tetangga sekaligus teman ngaji gw, dia jarang ikut anak-anak desa bermaen bola atau sekedar maen bareng-bareng, gw gak tau alasanya apa, tapi, semua anak tau, kalau Endah itu anaknya aneh.


Aneh disini maksudnya, dia gak kaya anak biasa. Dia lebih suka sendiri.


Beberapa anak nyebar rumor, Endah bisa lihat hal-hal begituan. Gw sendiri kalau mandang dia biasa aja, karena dulu waktu TK, gw sering berantem sama dia. Tapi soal dia bisa lihat, gw radak gak percaya, sampe dia tanya sesuatu yang ganjil sama gw.


Kejadianya waktu gw mau pulang, Endah manggil gw, kami berdua masih di dalam surah. Hal yang dia tanyain, bikin gw gak ngerti maksudnya.


“Sopo arek seng ngetuti awakmu iku?”
(siapa anak yang mengikutimu itu?)


Gw yang bingung, otomatis balik tanya. “Maksudmu?”


Endah berdiri di dekat jendela kaca Surah, memandang lurus ke pohon pisang, Surah di tempat gw memang di bangun di samping kebun pisang, tanah surah di bangun di atas tanah wakaf, pemiliknya adalah kakeknya Endah, termasuk kebun pisangnya.


Endah masih memandang pohon pisang.


“Onok arek ngetutno kui ket mau”
(ada anak kecil, ngikutin kamu dari tadi) kata Endah.


Gw merinding mendengarnya. Gw ikut-ikut memandang kebun pisang, tapi gw gak lihat ada apa-apa, selain pohon pisang dan lahan gelap gulita.


“Ngapusi koen” (bohong kamu) kataku.


Endah sekarang ganti memandang gw, wajahnya masih serius.


“Aku nek dadi awakmu, gak muleh aku. koyok ane arek’e ngenteni awakmu iku” (kalau aku jadi kamu, aku gak mau pulang, kayaknya anak itu nungguin kamu)


Hw udah gak tau lagi cara ngerespon si Endah. tapi jujur, gw juga ngerasain hal yang sama.


Entah, Allah maha mendengar doa hambanya yang dalam kesulitan, karena sekonyong-konyong, tiba-tiba bapak datang jemput gw di surah, katanya, perasaanya gak enak.


Padahal, adzhan isya’ saja belum.


Gw sempet ngelirik ke Endah, yang masih ngelihat pohon pisang


Malam itu, gw gak bisa tidur.


Badan rasanya panas sekali, tapi gw gak tau kenapa. Waktu itu, gw tidur masih bareng nyokap sama bapak, satu ranjang. Tapi bapak ada urusan jaga pos ronda, jadi cuma tidur sama nyokap.


Nyokap kayanya udah tidur pules di samping gw.


Sampai jam 1 dini hari gw masih gak bisa tidur. Seolah ada perasaan yang gak enak sekali, tapi gw maksa buat merem, mungkin dengan begitu gw bisa tidur.


Ternyata, gak berhasil. Gw masih terjaga meski kondisi mata terpejam. Semakin lama, semakin gk nyaman, gw akhirnya membuka mata.


Betapa kagetnya gw, waktu membuka mata, di atas perut gw, ada anak kecil, botak, tubuhnya seukuran tubuh gw, duduk dan melotot ke arah gw. Tapi dia gak ngomong apa-apa. Badan gw gak bisa gerak, nafas juga tersenggal, karena ketakutan, gw reflek nyolek nyokap di samping gw


“Mak, mak, tangi mak” (bu, bu, bangun bu) kata gw, nyokap akhirnya bangun dengan enggan, tapi begitu melihat gw yang gak beres, nyokap langsung tanya dengan wajah khawatir.


“Lapo tah nak” (ada apa nak) tanya nyokap.


Gak tau apa yang terjadi, bibir gw kaya berat buat ngomong,


Nyokap semakin bingung, begitu beliau nyentuh kepala gw yang panas, nyokap jadi semakin panik.


Gw akhirnya bisa melawan rasa takut gw, dan coba ngomong kalau sekarang ada makhluk yang duduk di atas perut gw, posisi gw tidur menghadap atas. tapi alih-alih gw ngomong itu, gw malah ngomong


“Mak, wacakno Al-Fatihah, wacakno mak” (Bu, bacakan Al- Fatihah, bacakan bu), denger gw ngomong itu, nyokap akhirnya pergi, beliau kembali sama bapak yang wajahnya gak kalah panik.


Bapak yang lihat kondisi gw, akhirnya inisiatif manggil orang pintar yang kebetulan tetangga gw.


Nyokap akhirnya baca ayat kursi sambil ngusap tangan gw, sementara gw masih di pelototin sama makhluk itu, dia sama sekali gak bergerak sedikitpun.


Bapak kembali sama seseorang, namanya Mbah Narno, beliau adalah tetua dan juga orang pintar yang buka praktek pengobatan alternatif


Tepat ketika Mbah Narno datang, anak kecil itu langsung melotot sama beliau, tapi hanya di tanggapin santai, sembari Mbah Narno mendekati gw.


Beliau duduk, kemudian tanya sama gw.


“Dino iki, awakmu lapo to ngger?” (hari ini kamu ngapain saja sih nak?)


Gw, masih diem, bngung.


Mbah Narno minta segelas air putih, lalu beliau mendoai air itu, gw yang masih rebahan, di paksa minum dengan posisi tidur.


Gw gak tau, apa Mbah Narno bisa lihat makhluk ini, karena kesannya Mbah Narno kaya cuek bebek sama makhluk ini, dan ajak gw ngobrol terus.


Setelah minum. Anehnya, gw jadi bisa ngomong lancar.


Kemudian, Mbah Narno baru bertanya pada makhluk itu.
“Opo seng marai koen nganggu arek iki?” (apa yg membuatmu datang, menganggu anak ini?) suara Mbah Narno sangat keras dan tegas bahkan terdengar seperti membentak


Makhluk itu menjawab tidak kalah marah. “Arek iki wes nganggu aku” (Anak ini sudah mengusikku)


Gw bisa denger jalas apa yang Mbah Narno ucapkan dengan makhluk itu, namun, bapak dan nyokap tampak bingung memandang gw dari samping pintu kamar.


“Nganggu opo maksudmu” (mengusik yg bagaimana maksudmu) kata Mbah Narno


“Kewanku arep di jopok karo arek iki” (binatang peliharaanku mau di ambil sama anak ini)


Mbah Narno hanya diam, gw bisa lihat beliau sedang berpikir, kemudian beliau bertanya masih dengan nada membentak


“Jalokmu opo sak iki?” (kamu minta apa sekarang) tanya Mbah Narno


“Aku jalok arek iki” (Aku minta anak ini) jawab makhluk itu.


Gw yg denger itu tiba-tiba gemetar kedinginan.


Tapi dengan tegas Mbah Narno menolak keras-keras”Gak isok” (tidak bisa)


Mbah Narno melanjutkan. “Sampe awakmu wani jopok arek iki, rungokno aku, mene bakal tak orat-arit panggonmu, tak laporno kowe gok Maha ratu” (kalau sampai kamu berani mengambil anak ini, besok akan ku buat berantakan rumahmu, akan ku laporkan kamu sama Maha ratu”


gw gak tau apa yang di maksud Mbah Narno dengan Maha ratu tapi gw bisa tau setelah dengar nama itu, makhluk itu mau turun dari tempatnya. Wajahnya masih mendelik memandang Mbah Narno, tingginya hampir sama dengan tinggi gw


“Ngene ae, ayok gawe kesepakatan.”(begini saja, ayo kita membuat kesepakatan) kata Mbah Narno, “Nek sampek arek iki ganggu panggonmu maneh, awakmu bisa ngelakoni iku, tapi inget, katek aku eroh awakmu ngetok maneh gok kene.. tak babat panggonmu”(Kalau sampai anak ini menganggu tempatmu lagi, kamu bisa melakukan rencanamu, tapi ingat, bila sampai aku tau kamu menampakkan diri di sekitar sini lagi, tak habisi tempatmu)


gw cuma bisa lihat, makhluk itu pergi, hilang begitu saja.


Mbah Narno kembali memberi gw minuman yang di doa’i, kondisi gw semakin membaik lagi. Mbah Narno juga menjelaskan apa yang terjadi dan bagaimana bisa makhluk itu datang kesini.


Rupanya, gw udah menganggu kediamanya, belalang yang gw tunjuk bareng temen-temen rupanya adalah belalang jadi-jadian dan itu milik makhluk itu. Beliau tidak terima dengan apa yang gw lakukan sehingga mengincar gw, sedangkan teman-teman gw, tidak di incar.


Mbah Narno juga menjelaskan, ada alasan kenapa dia (makhluk itu) begitu ingin gw, itu karena, gw punya darah hangat bahasa jawanya, “Anget getih” , ketika beliau mau menjelaskan, rupanya bapak menghentikan Mbah Narno seolah-olah bapak gak mau gw denger itu.


Lain kali, gw bakal ceritain maksud Anget Getih itu. Karena ini menyangkut masa lalu gw, jauh ke masa lalu bahkan saat gw baru bisa jalan. Tapi sabar ya.


Intinya, Mbah Narno mulai sekarang akan mengawasi gw, dan melarang keras gw untuk mendekati tempat itu, bahkan lewat pun tidak


Gw akhirnya nurut. Dasarnya gw memang penurut.


Lalu, apakah semuanya berhenti sampai disini??


Jawabanya.


TIDAK SEMUDAH ITU.


Gw punya 2 adik, jarak umur adik gw yang pertama cuma 1 tahun setengah, sedangkan adik gw yang bungsu itu 6 tahun, tapi, kata orang-orang, gw sama adek gw yang pertama sangat mirip, bahkan banyak orang yang selalu salah membedakan kami berdua. Disinilah bencana itu datang kembali


Adek gw, gak tau apa-apa soal kejadian gw di datangin makhluk itu di kamar, karena saat itu adek gw masih menginap di rumah nenek gw yang masih satu desa. Sehingga bapak lupa ngasih tau soal pantangan pergi atau sekedar ke tempat kolam limbah itu. Tapi sore itu, adik gw kesana


Adek gw kesana ketika ngejar layangan putus. Apakah adek gw celaka,


jawabanya tidak.


Karena yanh di datangi oleh makhluk itu, rupanya adalah gw.


Apa yang gw akan ceritakan ini akan sangat panjang karena gw mencoba menyajikan kenangan ini secara detail persis seperti apa yang terjadi dulu


Yang gw inget adalah waktu itu sore hari.


Gw meringkuk di atas ranjang sendirian, gw baru aja nangis seharian, karena pagi tadi, nyokap pamit buat kerja keluar kota karena waktu itu, ekonomi keluarga gw benar-bener lagi buruk-butuknya.


Nyokap kerja buat bantu bapak.


Bayangin aja. Gw masih kelas 3 SD dan nyokap gak ada, nyokap bilang akan pulang sebulan sekali tapi bagi gw itu gak cukup, karena gw gak bisa jauh-jauh dari nyokap.


Gak ada yang tau gw nangis seharian, termasuk 2 adik gw yang lebih kecil, mungkin karena mereka belum tau apa-apa.


Bapak bangunin gw pas adzhan maghrib, beliau menyuruh gw mandi lalu sholat dan kemudian ngaji, tapi ada yang aneh sama badan gw, karena gak tau kenapa, badan gw kaya berat banget, jangankan untuk berdiri, buat duduk aja gak sanggup, akhirnya gw cuma bisa rebahan sambil mangil bapak.


Bapak datang. Tanya, kenapa gw bangun dan akhirnya gw cerita. Pas bapak periksa kening gw, beliau kaget, karena badan gw, panas banget.


Adik gw yang paling kecil ikut nenek, jadi di rumah cuma ada bapak sama adek pertama gw, dan waktu lihat adek gw, di belakangnya, ada tu makhluk


Gw takut. Gw cuma nangis. Bapak kebingungan.


Bapak terus mijitin gw, bapak baru sadar, waktu akhirnya gw bilang. “Arek iku gok kene pak” (anak itu disini pak)


Mendengar itu. Bapak langsung pergi ke rumah mbah Narno, dia nyuruh adek gw yg kecil jagain gw.


Gak henti-hentinya makhluk itu melototin gw. Gw udah takut sekali, adek gw gk paham apa-apa, tapi di sela waktu itu, gw beraniin buat ngomong sama makhluk itu.


Ngomongnya gak pake mulut ke mulut, tapi kaya gw bisa ngomong tanpa pake mulut, semacam bayangin kalimat gw dan dia tau


“Lapo koe mrene maneh, salahku opo?” (kenapa kamu kesini lagi, salahku apa)


Dia jawab pertanyaan gw. Walaupun bentuknya perawakan anak kecil tapi suaranya gede. “Koen gak salah, tapi adikmu salah”


“Adikku” gw bingung.


“Adikmu ngerewuki panggonku maneh, sak iki aku nuntut iku”(adik kamu, menganggu tempatku jadi aku nuntut hal itu sama kamu)


Kaget gw waktu dengernya.


“Trus jalokmu opo maneh?” (trus kamu minta apalagi)


“Awakmu” (kamu) jawabnya.


Gw semakin takut waktu makhluk itu ngomong itu. “Lek aku emoh” (kalau aku gk mau?)


“Adikmu tak gowo” (adikmu tak bawa)


Gw langsung bangun dan anehnya gw bisa bangun lagi, gw narik adik gw yang kaya bingung polos lihatin gw.


“Ojok!!” (Jangan) gw teriak sambil nangis.


“Melok aku ae, awakmu gak bakal nangis maneh, akeh koncone gok kunu”(ikut aku saja, kamu gak akan menangis lagi, banyak temanya disana) makhluk itu masih bicara


Kemudian gw bisa denger, Mbah Narno sudah datang, beliau langsung megang kepala gw. “Wes Wes wes. Ojok rungokno bujuk rayune demit” (sudah sudah sudah, jangan dengarkan bujuk rayu iblis)


“Awakmu wes tak peringatno, tapi awakmu nantang aku” (kamu sudah saya peringatkan tapi kamu nantang saya tampaknya) Mbah Narno melotot sama makhluk itu.


Makhluk itu tidak bergeming. “Aku nuntut janjimu. Panggonku di arak arak karo dulurane” (aku menuntut janjimu, tempatmu baru saja di rusak sama saudaranya)


“Gak isok” Mbah Narno berteriak marah. Gw bisa lihat Mbah Narno mengambil keris di pinggangnya, dan saat itu juga gw kaget, ada makhluk besar, hampir tingginya sama dengan tinggi pintu, berbulu lebat dan bermata merah serta bertaring muncul.


Makhluk itu tepat berdiri di belakang Mbah Narno. Tampaknya itu perewangannya Mbah Narno. Gw semakin takut waktu melihatnya.


“Aku teko jalok arek iki tok, gak onok niat nantang panjenengan, tapi aku gak mundur blas” (aku datang minta anak ini, tidak ada niat nantang anda) katanya(tapi ingat!! saya tidak akan mundur sebelum mendapatkanya)


Gw gak tau apa yg terjadi, tiba-tiba gw seperti di pukul keras sekali, kalau kata bapak yang menyaksikan waktu itu, badan gw katanya di tabrakkan ke tembok entah oleh siapa. Begitu gw bangun, gw lihat matanya bapak merah


Tampaknya bapak baru saja menangis.


Mbah Narno di samping gw, beliau tampak bersimpati, gw masih gak tau apa-apa, kaya linglung, gw juga lihat ada isteri mbah Narno.


“Awakmu kangen Mak ta ngger?” (kamu kangen ibuk ta nak?) kata Mbah Narno, gw bingung, kok bisa tau.


Trus Mbah Narno bilang bahwa nyokap gw sedang dalam perjalanan pulang jadi gak usah sedih lagi.


Gw langsung seneng mendengarnya tapi gw masih lihat bapak masih sedih.


“Lapo to pak, kok koyokane sedih ngunu” (kenapa ta pak, kok kaya sedih gitu?)


Mbah Narno lah yang menjawab. “Awakmu sabar dilek yo, mari iki bakal dadi malam dowo kanggo awakmu” (kamu sabar dulu ya, habis ini akan jadi malam yang panjang untuk kamu)


Gw masih gak ngerti maksud Mbah Narno, tapi semua terjawab waktu ada yang masuk.


itu adalah paman gw. “Pak De No” gw biasa manggil De no, De no begitu datang langsung memeluk bapak kemudian datang ke tempat gw yang terbaring.


“Sopo wani-wani nyandak ponakanku. tak keplekne sak iki” (siapa berani berani mau mengambil keponakanku, mau tak habisi disini)


Gw gak pernah melihat De no semarah ini.


Di antara keluarga besar gw, sejak kecil semua orang desa tau, kalau Mbah Narno adalah tetua dan orang pintar disini, maka De no, yaitu om gw, adalah juru kunci desa gw.


Mbah Narno dan de no berbicara berdua, tapi gw bisa denger yang mereka omongin. Katanya. Makhluk itu ada di dalam tubuh gw.


Gw kaget bukan kepalang waktu denger. Karena gw sendiri gak ngerasain apa-apa.


Mbah Narno juga membahas kalau gw getih anget jadinya makhluk itu gak bisa ngambil alih tubuh, hanya berdiam diri biar makhluk itu tidak bisa di apa-apakan sama Mbah Narno.


Mbah Narno juga sudah mencoba memberi perintah sama Joko Gemblung, yang gw perkirakan makhluk hitam tadi.


Tapi, makhluk itu lebih licik. Kalau dia ingin melukai dia maka gw juga akan kena imbasnya, karena makhluk itu bersembunyi dalam tubuh gw.


Wajah deno merah padam, beliau meminta air di campur garam dan terus mnerus berkumur dengan itu sambil sesekali bertanya hal aneh ke arah gw


Pertanyaanya seputar. “sopo koen?” “tak ajorno pisan koen wes wani nyandak keluargaku”(siapa kamu) (tak hancurkan kamu bila berani menyentuh keluargaku)


Mbah Narno hanya bilang bahwa harus sabar, mereka gak bisa berbuat apa-apa sebelum nyokap gw pulang.


Jam 5 subuh, nyokap baru datang. Wajahnya sedih mau nangis, begitu di kabari beliau langsung nyari bus untuk pulang. Gw inget waktu itu, nyokap langsung meluk gw gak henti-henti.


Mbah Narno yang pertama berdiri. Beliau bilang kalau mobil di luar sudah menunggu.


Gw tambah bingung. Apa maksudnya mobil.


Ternyata ada mobil carry tua menunggu kami. Mbah Narno dan deno masuk. Kemudian gw dan nyokap, bapak cuma berpesan agar gw yang kuat.


gw di gendong sama bapak ke mobil, tapi bapak gak ikut karena mobilnya terbatas selain itu ada adik gw.


Gw gk bisa merasakan kalau ada makhluk itu di tubuh gw, tapi gw bisa tau kalau badan gw lumpuh. gk bisa di apa-apain.


Berangkatlah gw di dalam mobil. Sepanjang perjalanan gw cuma di peluk nyokap yang masih nangis. Mbah Narno sama De no cuma diem. Gw akhirnya tanya.


“Kemana?”


“Jauh” jawab de no ketus.


Gw gak inget sepanjang perjalanan, yang gw tau cuma perjalananya lama sekali, hampir 6 jam, terakhir sebelum sampai, gw masuk ke jalanan yang samping kiri kanan hutan.


Sampailah gw di sebuah rumah di daerah kampung.


Kampungnya sendiri masuk ke hutan. kiri kanan rumah sederhana dari bambu. Gw masih bingung. ketika mobil berhenti, gw bisa lihat, seseorang keluar dari sebuah rumah gubuk.


Perempuan, sudah tua. Di bibirnya ada warna merah-merah


Dia ngelihatin gw dari luar mobil.


Wajahnya tua sekali, mungkin umur 70 tahun atau lebih. Dia bicara pakai bhs jawa medok. “jupukno wit kelor iku ndok” (ambilkan aku daun kelor nak) dia bicara sama perempuan, umurnya mungkin 15 tahunan. masih muda.


Begitu dia megang daun kelor, dia menghampiri gw, di pukulkan itu daun kelor ke kaki tangan gw. Anehnya, gw bisa berdiri setela itu.


Mbah Narno sama Deno mencium tangan wanita asing itu. Sebelum bicara, orang itu sudah tau semuanya, dan bahkan dia tau siapa yang menganggu gw.


Di dalam, wanita itu cuma ngelihatin gw. Tampangnya gak berekspresi, kemudian dia mengatakan “Pancen anak’ane Ulo, jalok di pites ben ngerti sopan santun” (memang dasar anak’anya ular, gak pernah di ajari sopan santun, minta di injak ini)


Gw masih bingung


Disitu gw baru tau, kalau wujud makhluk itu sebenarnya adalah ular.


Mbah Narno yang pertama bicara. “yo opo iki nyai, opo di pekso metu” (gimana ini nyai, apa di paksa keluar)


“Gak isok” jawab wanita itu tegas (Gak bisa). “Ulo iku lunyu koyok welut”


“Opo maneh, arek iki getihe uanget. aku ae sampe eroh langsung mek nontok pisan” (ular itu licin kayak belut. Apalagi anak ini darahnya hangat, aku saja langsung tau sekali lihat)


Wanita itu kemudian melihat de no “kowe kok gak ngomong ndue dulur koyok ngene”(kamu kok gak bilang, punya keluarga yg kaya begini)


Deno yang orangnya tegas tiba-tiba pucat. “kulo mboten mikir adoh nyai, yo tak kiro di ilangi mata ati’ne wes cukup” (saya tidak berpikir sejauh ini nyai, saya kira di hilangkan saja mata batinya sudah cukup)


Wajah wanita itu merahm


Seperti ingin marah. Kemudian dia membentak. “Goblok” “kudune nek kepingin ngilangi yo gak ngunu carane.” (Harusnya kalau ingin benar-benar menghilangkan gak begini caranya)


Setelah itu, gw dan nyokap di suruh istirahat, di sebuah kamar. Sementara Mbah Narno, deno dan wanita itu pergi.


Sore menjelang maghrib, gw di bangunin nyokap, di ajak makan, kemudian balik ke kamar. Di situ gw baru di kasih tau kalau nama wanita yang membantu gw tadi namanya Nyai Asih. Beliau bukan dukun. Hanya seorang biasa, tapi sering di mintai tolong orang lain, kabarnya beliau sakti


Nyokap tanya kapan Mbah Narno, deno dan Nyai asih kembali. Perempuan itu hanya bilang, mungkin malam.


Gw gak tau kemana mereka pergi, perempuan itu tampak mempersiapkan sesuatu kaya semacam air yang di peras entah dengan dedaunan.


Ketika dia menghampiri gw, perempuan itu bilang. Ini untuk menghangatkan badan. Airnya keruh, ketika di minum rasanya pahit nyaris kaya jamu.


Setelah menunggu lama, sampe akhirnya gw ketiduran, gw kaget waktu nyokap bangunin.


Di ruang tamu, Mbah Narno sudah menunggu.


Beliau menggandeng tangan gw, nyokap di suruh tinggal disni.


Ketika gw keluar, gw bisa lihat deno, Nyai Asih dan seorang lagi. Lelaki berjanggut putih.


Wajah lelaki ini mirip lelaki tua pada umumnya, hanya saja, tampaknya beliau ramah tidak seperti nyai Asih yang cemberut.


Mereka ngajak gw jalan-jalan malam. Mbah Narno di kanan gw sama deno, di samping kiri lelaki itu dengan Nyai Asih.


Tidak ada percakapan apapun. Jalanan yang gw tempuh banyak pohon-pohon besar, dan jujur gw takut, karena kaya sedang di awasin.


“Gak popo, onok aku gok kene” (tidak apa-apa, ada saya disini) kata lelaki itu.


Nyai Asih hanya mengatakan, kalau, nyaris semua makhluk disini membenci gw, lebih tepatnya apa yang gw bawa, yaitu makhluk itu, tapi karena gw gk bisa lihat jadi cuma bisa merasakan.


Lama berjalan, akhirnya gw sampe di pendopo.


Kaya semacam rumah tapi hanya ada satu ruangan. Baunya harum wangi, dan ketika gw masuk, gw pusing sekali nyaris pingsan, tapi Nyai asih masukin benda yang biasa dia gigit ke mulut gw


Jijik awalnya. Itu benda biasa di gigit wanita tua itu tiba-tiba di masukin ke mulut gw, rasanya pahit. Sangat pahit malah.


“Cokoten iku” (gigit saja itu)


Di dalam ruangan itu, cuma ada tempat tidur di tengah. Gw, di suruh rebahan tidur.


Mbah Narno duduk bersila, sementara deno hanya berdiri di sisi lain, Nyai Asih dan lelaki asing itu mengawasi di pinggir.


Setelah semua pintu dan jendela di tutup, gw bisa mencium aroma bunga yang menyengat.


“Pertama. Bukak mata batine” kata lelaki itu.


Nyai asih masih memandangi gw tanpa ekspresi, sementara lelaki itu, nyentuh mata gw, dia nyuruh gw merem. Gw nurut.


Gw gak bisa lihat apa-apa. Cuma denger suara mbah Narno dan deno komat-kamit.


Pelan, kepala gw kaya di tekan. Sakit.


Gw sampe teriak. Kepala gw kaya di injek-injek sama orang. Padahal itu cuma tangan lelaki itu yang nempel di mata gw. Setelah gw teriak kenceng, akhirnya di lepas.


Ruangan yang awalnya cuma diisi 4 orang, tiba-tiba jad rame. Gw lihat makhluk yanh wujudnya aneh-aneh. Ada yang kepalanya mirip sapi, sampe ada yang gak punya wajah.


Gw merem lagi. Tapi lelaki itu, ngomong. Kalau mereka kesini gara-gara apa yang gw bawa.


Selanjutnya, lelaki itu menjelaskan, dia bakal pergi dari tempat ini dengan yang lain, ninggalin gw disini sendirian sama makhluk-makhluk itu. Gw, nangis kenceng


Mereka beneran pergi. Gw yang mohon-mohon sama Mbah Narno dan deno sama sekali gak di gubris. Mereka cuma meluk gw, terus pergi gitu aja, nutup pintu.


Di tempat itu, gw cuma meringkuk, nutup wajah pake lutut. Gak bisa gw bayangin lagi kejadian waktu itu. sampe sekarang gw masih lemes.


Kalau inget kejadian itu.


Tapi anehnya, gw gak di apa-apain, gw cuma di pelototin doang, lama gw disana, hampir sepanjang malam kalau seinget gw, sampe, gw kaget waktu ada yang gedor-gedor jendela sama pintu. Keras banget, suaranya bikin gw teriak-teriak nangis.


Terakhir yang gw inget, gw lihat Mbah Narno dan deno megangin tangan dan kaki gw, sementara Nyai Asih megangin kepala gw.


Badan gw?


Gak karuan. Tempat itu udah sepi lagi, tapi sakit sekali badan gw, kaya ada ribuan makhluk ada di dalam tubuh gw.


Gw cuma denger nyai Asih bilang


“TAHAN NGGER TAHAN”


Rupanya, semua makhluk itu baru aja di kumpulin sama nyai Asih, deno sama Mbah Narno. Mereka di kumpulin buat di masukin ke tubuh gw.


Iya tubuh gw yang kecil ini, di isi makhluk sebanyak itu.


Gw Jerit. Tangan Nyai asih rasanya panas sekali, kaya bikin kulit kulit gw melepuh.


Setelah itu, gw gak inget apa-apa lagi. Karena bangun-bangun, gw udah di kamar sama nyokap. Kejadian semalam kaya mimpi bagi gw.


Nyai asih masuk kamar dan kemudian duduk di samping gw. Kali ini, gw bisa lihat dia senyum. Giginya rupanya ompong. Suaranya serak, sepertinya semalam adalah hari yang melelahkan bagi beliau, harus berteriak-teriak supaya gw tahan rasa sakit itu.


“Untung koe ngger isok nahan, Ulo iku gak gelem ngaleh basi di ajar sak munu akehe demit seing tak lebokno”(Untung kamu bisa bertahan, ular itu tidak mau pergi meskipun di hajar oleh setan sebanyak itu yang tak masukkan ke badan kamu)


Disini, beliau memberi tau. Soal maksud getih anget dan kenapa de no dulu sempet melakukan hal itu.


Ceritanya masih panjang. Lanjut apa besok aja ya???


Ya udah gw Lanjut.


Nyai Asih hanya bilang kalau punya getih anget itu hal yang tidak bagus, karena dasarnya, ada manusia yang begitu di sukai Jin atau setan dan sebangsanya, getih anget atau darah yanh hangat ini bisa memancing makhluk itu untuk masuk ke tubuh, menguasainya.


Tapi, masalahnya, gak ada yang tau apakah si getih anget itu tiang kembar, maksudnya itu jodoh.


Begini saja biar tidak bingung. Pernah lihat manusia yang kerasukan jin dan jinya tidak mau pergi, bahkan sudah di rukiah puluhan kali tapi jin tidak bergeming untuk pergi


Si manusia pastilah si getih anget dan jin yang sudah masuk itu adalah tiang kembar, alias sudah berjodoh.


Jadi kabarnya jin atau makhluk sebangsanya ini bisa merasuki orang-orang tertentu yang terutama di cari adalah si getih anget ini. Jadi seandainya begini, ada jin yang mengincar gw kebetulan jin itu ternyata tiang kembar gw, sudah. selesai, nyai Asih tidak akan bisa berbuat apa-apa.


Tidak ada yang bisa di lakukan lagi, kecuali. Mati. Saat manusia itu mati, si jin juga selesai. Disini gw cukup ngeri mendengarnya, nyai Asih bercerita, pernah ada kasus ini


Seorang wanita tua. Umurnya kisaran 40 tahun, dan dia adalah getih anget. Dia di incar oleh seseorang yang kebetulan tahu bila si wanita adalah getih anget, ada sebuah benda yang sengaja di tinggalkan di rumah wanita ini, ketika di buka, jin itu masuk ke tubuhnya.


Suaranya berubah, dan kerjaanya setiap hari hanya meracau. Keluarga ketakutan, mereka bahkan mengadakan pengajian rutin dan memanggil orang pintar untuk merukiahnya.


Dan hal yang bikin gw ketakutan ngeri adalah, ketika di bacakan ayat-ayat al Qur’an


Si Jin justru tertawa, mengejek dan memberi tahu kalau cara bacanya salah, dia kemudian ikut membaca ayat-ayat itu, lebih fasih, konon dia tidak akan bisa di usir dengan cara apapun. Banyak orang yang mencoba mengusir tapi selalu gagal. Sampai akhirnya di bawalah ke nyai Asih


Jin yang masuk berusia ribuan tahun, datangnya dari timur tengah, dan jin nya memang sedang mencari jodohnya, kebetulan bertemulah dengan wanita ini yang ternyata berjodoh.


Jampir sebulan nyai Asih mencoba berbagai cara dari membujuk, membuat kesepakatan, tapi jin itu ridak bergeming


Bahkan Jin itu menertawai Nyai Asih dan nyebut nyai asih itu cuma manusia dengan ilmu secuil biji kurma.


Akhirnya nyai Asih menyerah, dan wanita itu menjadi gila. Sudah tidak tertolong. Sejak saat itu Nyai Asih begitu waspada bila tau ada getih anget di sampingnya, jangan sampai si getih anget bertemu dengan pinang kembarnya.


Lalu bagaimana bila getih anget bertemu dengan jin atau makhluk yang bukan pinang kembarnya?


Nah, disini, nyai Asih memberi tahu, bila si makhluk hanya dapat mendekam di dalam tubuh itu, menempel seperti parasit.


Dia akan terus disana, karena menempel pada getih anget itu berbeda dengan menempel pada orang biasa.


Getih anget tidak dapat di ambil alih kesadaranya oleh sembarangan makhluk semacam itu.


Jadi getih anget itu kebal terhadap kerasukan.


Ada beberapa getih anget yang menggunakan keistimewaannya dengan memelihara atau lebih di kenal dengan pegangan, biasanya pegangan ini siluman dari golongan jin


Terakhir, Jin yang memegang nama sebagai tiang kembar itu kata nyai Asih levelnya sudah bukan jin sembarangan, biasanya ilmunya sudah sangat-sangat tinggi dan umurnya ribuan tahun. Dan bila dia memegang wilayah, bisa langsung jadi rajanya, begitu di takuti bangsanya.


Gw yang merinding mendengarkan itu lantas bertanya. “Apakah selamanya gw seperti ini, di incar”


Nyai asih hanya diam kemudian berucap. “Engkok yo le. Isok di awu-awu tapi gak isok di ilangi”(nanti, tapi bukan sekarang, sebenarnya bisa di samarkan tapi tidak dapat di hilangkan}


“No engkok bakal gowo awakmu mrene nek wes wayahe” (nanti, pak dhe kamu akan membawamu kesini lagi jika sudah waktunya)


Gw penasaran dengan nasib ular yang merasuki gw.


Nyai asih hanya mengatakan “Wes mari. Wes di temokno nang Rojone, Maha Ratu” (sudah selesai. sudah di pertemukan dengan rajanya, maha ratu)


Sebelumnya, gw pernah dengar mbah Narno mengatakan maha ratu jadi gw bertanya sama Nyai Asih.


Beliau mengatakan bahwa, Pabrik Gula yang luasnya seperti itu, apa di pikir hanya di tinggali satu makhluk, disana ada kerajaanya, dan ular ini itu adalah anakanya dari ular yang lebih besar, wujudnya, wanita dengan bagian bawah ular. Itu pun dia bukan rajanya


Rajanya, ada di tengah-tengah pabrik, antara Zona timur dan Zona barat. Jadi, bila sudah di pertemukan dengan rajanya, biasanya ular itu akan di usir agar tidak berada di wilayahnya lagi, kalau masih nekat, ya selesai ular itu di habisi rajanya.


Jujur gw masih penasaran maksud rajanya ini, dan kerajaan yang konon ada di pabrik gula ini. Tapi gw urungkan, yang terpenting, gw udah bersih dan tidak akan di ganggu lagi.


Gw balik sama Mbah Narno, Deno dan nyokap. Pas di jalan, gw inget, kenapa gw gak lihat lelaki berjanggut itu lagi.


Mbah Narno mengatakan, kalau itu, adalah Jin yang selama ini ikut Nyai Asih, Jin muslim, dan dia yang membantu mengeluarkan Makhluk itu, alias ikut masuk ke tubuh gw.


Gw cuma diem. Gw kecil sekali bila di bandingkan orang-orang ini, pengetahuan gw hanya sebatas bahwa memang ada dunia lain yang hidup berdampingan dengan gw. Selama ini ada dunia yang gak kita ketahui rupanya.


Begitu sampe di rumah, adek gw di kasih tau bapak untuk tidak bermain di dekat pabrik lagi termasuk gw, nyokap gak jadi kerja dan akhirnya tetap tinggal sama gw.


Tapi, semenjak saat itu, gw jadi bisa ngerasain hawa keberadaan mereka. Gw sangat sensitif terhadap hal seperti itu.


Terakhir. Gw ketemu Endah suatu hari dan dia bilang, waktu lewat rumah gw, dia lihat dari jauh, ada Wanita bertubuh ular, ngelihatin rumah gw dari jauh.


Gw cuma bisa merinding mendengarnya, dan milih gak komentar soal itu.


Lain kali gw bakal ceritain , Kerajaan yang ada di Pabrik itu. Selama gw hidup sampe saat ini, gw denger banyak kisah yang gak kalah bikin merinding tiap mendengarnya, tapi gak sekarang.


Akhir kata, gw cuma berpesan. 


Hiduplah dengan dasar bekal agama yang kuat, dan terkadang selalu ingat bahwa tidak ada yang lebih besar dari kuasa Allah, karena bagaimanapun, hanya dia lah yang maha tau dari segala yang ada di muka bumi ini. akhir kata gw akhiri thread ini. Wassallam.


Sumber : SimpleMan