Para Penghuni Pabrik Gula Part 3



Horror Story

“Pak, kebelet”


Kalimat itu mungkin bukan hal yg aneh di katakan oleh seorang gadis kecil, namun, di desa gw, kalimat itu akan berbuah menjadi hal yg tidak mengenakan terutama bila di katakan di kala hari sudah petang.

Gambar cover para penghuni pabrik gula part 3



“Ya sudah, ayok bapak anter” kata pak Sukin, tetangga gw


Pak Sukin sehari-harinya bekerja sebagai kuli kasar, maklum, desa gw memang kebanyakan berisi orang2 yg bekerja serabutan, bila tidak punya kebun, maka mereka akan bekerja jadi kuli, kadang tukang kebun orang kaya, tapi kebanyakan tukang becak untuk mereka yg berpendidikan lulasan SD


Beliau sendiri, tinggal di RT 3, sedangkan gw di RT 2, dan rumah Rombe, ada di RT 4, tapi hari ini lupakan sejenak tentang rumah Rombe, karena kita akan bercerita tentang penghuni pabrik gula di zona timur.


Pak Sukin sendiri, memilik 2 anak, yg pertama adalah Nur, gadis yg usianya 4 tahun lebih tua dari gw, sedangkan anak yg kedua adalah Jamal, (gw pernah ceritain dia di salah satu thread lain gw), Jamal 1 tahun lebih tua dari gw. petang itu, setelah pak Sukin selesai bekerja


Ia melihat Jamal dan Nur sedang belajar, jadi beliau ikut bergabung bersama mereka, namun, kemudian, Nur tiba2 mengatakan hal yg mungkin tidak akan pernah ia lupakan apalagi setelah kejadian itu terjadi.


“Pak, kebelet” katanya lirih.


Pak Sukin terdiam lama, kemudian berujar “ya sudah , ayok bapak anter”


Dulu, Desa gw termasuk salah satu Desa tertinggal. Jangankan aspal, wc saja, satupun tidak ada yg punya di rumah, kecuali mereka yg rumahnya sudah bertembok, karena kebanyakan rumah disini, termasuk rumah gw waktu itu, masih dari bambu.


Lalu, bila kami tidak memiliki wc, kemana kami buang hajat?


Jawabanya, di pabrik zona timur.


Sebelum gw lanjut, gw bakal jelasin dulu, apa saja yg ada di zona timur.


Di pabrik Zona timur, ada sebuah tanah yg luasnya memanjang, disana, berjejer rumah2 gaya tua (bukan belanda)


Bila di hitung, rumah itu memanjang sekitar 19 sampai 21 rumah tua, dan setiap rumah, ada keluarga yg tinggal, yaitu karyawan pabrik yg bekerja di pabrik gula. Mereka mendapat fasilitas di rumah ini, alasanya, di zona timur, ada sebuah gerbang tua, dimana, gerbang itu adalah gerbang akses ke gudang produksi, mungkin, secara tidak langsung mereka bisa menjaga gerbang itu dari para pencuri yg pernah meresahkan.


Gerbangnya sendiri cukup jauh dari rumah dinas karyawan, namun, tidak akan ada yg bisa masuk kesana sebelum melewati rumah dinas


Nah, sebelum gerbang, ada sebuah selokan besar yg di gunakan sebagai pembuangan air saluran produksi pabrik, disini, pabrik membangun akses sebuah WC umum untuk para karyawan dinas, yg boleh di gunakan juga untuk para warga desa gw juga


Warga Desa gw merasa terbantu dengan adanya wc umum ini, hanya saja, wc umum ini tempatnya juga jauh di dalam, tepatnya, di antara kebun pisang yg luasnya hampir setengah hektar.


Dan ketika petang datang, tidak ada penerangan apapun selain cahaya bulan.


Setelah mengambil senter, pak Sukin menggandeng tangan Nur, mereka berjalan menuju ke Wc umum di zona Timur pabrik, wajahnya sebenarnya di selimuti rasa takut namun ia mencoba tenang, mengingat, Nur tidak tau apa2 tentang cerita yg beredar, tentang penghuni usil yg ada disana


Baru saja pak Sukin dan Nur melewati pagar rumah dinas karyawan, benar saja, sebagian besar rumah sudah mematikan lampu mereka, berbekal senter di tangan, pak Sukin melesat masuk bersama Nur, berjalan di antara kebun pisang yg gelap gulita.


Di iringi suara hewan malam, pak Sukin masih menggandeng Nur, sembari tanganya menyorot jalan dengan cahaya senter di tangan. “Sepi sekali” katanya dalam hati.


Setelah berjalan kurang lebih 15 menit, bangunan tua WC umum sudah terlihat, “ayo nak, cepat ya kalau buang air besar”


Nur pun melangkah masuk ke salah satu pintu, kemudian menutupnya. Pak Sukin, menunggu di luar, ia menyalakan rokok untuk menghilangkan sepi, kemudian, ia mendengar suara asing di telinganya. Suaranya lirih namun terdengar jelas sekali.


“hihihihi”


Suara wanita menangis. Batin pak Sukin, matanya menerawang ke sebuah pintu wc paling ujung, berbekal rasa ingin tahu, beliau mendekati tempat itu.


Ketika pak Sukin tepat berada di depan pintu itu, ia masih mendengar suara itu, begitu lirih namun sangat jelas, akan tetapi, ada perasaan tidak enak yg seperti muncul tiba2 dan itu sudah di rasakan sejak pertama kali menginjak tempat ini.


Siapa yg menangis di tempat seperti ini. batin pak Sukin, yang masih ragu apakah ia harus mengetuk pintu untuk sekedar mencari tahu sumber suara itu.


Namun dirinya di selimuti keraguan, akan tetapi, suara itu tidak mau pergi dan sangat menganggu. sehingga tanpas sadar.


“tok tok tok!!”


Pak Sukin sudah mengetuk pintu, suara itu tiba2 menghilang, bingung, pak Sukin masih memandang ke pintu itu, di ketuknya lagi pintu itu untuk kedua kalinya. “tok tok tok!!”


Tidak ada jawaban apapun. Perhatian pak Sukin teralihkan ketika ia melihat Nur baru keluar


Tanpa membuang waktu pak Sukin segera menghampiri Nur dan menyeretnya pergi meninggalkan tempat itu, namun, kembali ia mendengar suara menangis itu lagi, kali ini, di ikuti aroma wangi melati yg menyeruak di hidungnya.


“Ayo nak, kita pergi dari sini” katanya buru-buru.


Belum jauh dari WC umum itu, tiba2, terdengar seperti suara benda jatuh, nyaris menyerupai suara ketika kelapa jatuh dari pohon.


Kaget dan bingung. Nur dan pak Sukin mencari2 sekiranya apa yg baru saja terjatuh itu.


“Pak apa itu?” kata Nur,


“Tunggu disini sebentar ya, bapak akan segera kembali”


Dalam langkah menembus kebun pisang, pak Sukin berpikir, tidak mungkin itu buah kelapa, disini kan kebun pisang, dan suara pisang jatuh tidak akan sekeras itu. Tapi, rasa penasaran terkadang membutakan akal pikiran manusia, sehingga pak Sukin mulai mencari2 dimana sumber suara itu berasal. Ia bergerak kesana kemari, melewati satu pohon pisang ke pohon pisang yang lain, hingga akhirnya, matanya tertuju pada siluet bundar di atas tanah.


Ia menyorot benda asing itu dengan senter di tanganya, mendekatinya, kemudian memungutnya, rupanya, sebuah batu besar biasa.


Kecewa, pak Sukin berniat akan membuangnya begitu saja, namun, aneh, batu itu mendadak memiliki tekstur lain, dan ketika pak Sukin mengamatinya lebih jeli, di lihatnya, sebatok kepala tengah tersenyum menyeringai menatap wajahnya.


“Ndas kelontong” (kepala buntung) katanya, langsung membuangnya jauh2, dengan langkah kaki yang cepat, pak Sukin berlari meninggalkan tempat itu, matanya awas memandang sekeliling, mencari dimana ia meninggalkan anaknya tadi. Namun, ia bingung, di tempat dia meninggalkan Nur, pak Sukin tidak menemukan keberadaanya, gelisah bercampur takut, mendadak memenuhi pikiranya, pak Sukin mulai memanggil Nur, dan masuk ke celah kebun pisang yg semakin lama semakin membuatnya merinding.


Lega, ia melihat Nur dari kejauhan, ia tengah duduk di atas pokok pisang yg tumbang, tampaknya, ia sedang menunggu dirinya, tanpa berpikir panjang, pak Sukin segera mendekatinya, tetapi, kembali ia mencium aroma wangi melati lagi, tipis


Dan benar saja. di belakang Nur, anaknya, ia melihat wanita bergaun putih, tengah berdiri di belakang Nur, tapak kakinya melayang di atas tanah, dan ia menyeringai dengan gigi taringnya.


Mendadak, pak Sukin tidak tau lagi apa yang terjadi. karena seseorang membangunkanya


ia tertidur beralaskan daun pisang, dan membuat si pemilik kebun khawatir.


“Pak Sukin ngapain tidur disini”


Di ceritakan semua pengalamanya semalam, dan wajah ngeri segera tergambar pada pemilik kebun, sembari berujar, “Astaghfirullah, untung bapak gak apa-apa.”


Ketika sampai di rumah, pak Sukin menemukan Nur sudah ada di rumah, maka dengan perasaan yang masih tidak karuan pak Sukin bertanya. “tidak ada yang terjadi semalam setelah membuang hajat” kata Nur, karena yang mengantarnya pulang itu pak Sukin sendiri.


Cerita ini segera menyebar dan membuat geger semua orang, semenjak saat itu, tidak ada lagi yang berani pergi ke WC umum ketika hari sudah petang. karena , penghuni di zona Timur adalah penghuni paling usil yang seringkali bersinggungan dengan warga.


Apakah cerita ini berakhir disini?


jawabanya TIDAK. Karena ini baru awal pembuka PENGHUNI DI ZONA TIMUR.


Selamat malam.


Kebun Pisang Plengsengan

Begitulah orang memanggil nama tempat ini, lalu, apakah ada sejarah di balik nama ini.. mari kita explore tempat ini, dan dengarkan baik-baik sajian gw malam ini.


Sebelum menjadi kebun pisang, tempat ini menjadi arus utama sebagai pembuangan limbah pabrik yg langsung menuju ke kolam limbah di selatan, namun, tidak ada yg tau bahwa pipa pembuanganya sendiri telah memakan banyak nyawa. Hal ini pernah di bicarakan oleh salah seorang saksi, yang kini beliau mendiami salah satu rumah mess khusus karyawan, meski sudah tua, namun ketika di tanya tentang peristiwa ini beliau selalu bersemangat seolah kejadian itu terjadi baru kemarin.


Lalu, apa alasan tanah ini di alih fungsikan menjadi mess bagi para karyawan pabrik?


Disinilah kita akan mulai.


Untuk membangun pipa pembuangan dari gedung produksi yg areanya tepat di tengah di samping cerobong yg konon di jaga oleh makhluk sesosok NAGA yg ganasnya minta ampun, dan di sampingnya adalah singgasana MAHA RATU, sosok yg menjadi raja dimana wujudnya tidak boleh di gambarkan oleh siapapun, bahkan oleh sang juru kunci yg di percaya itu sendiri.


Di tanah sebelah timur, dekat dengan sebuah gerbang tua besar, ada sebuah pembangunan, Pipa yg ukuranya besar sekali, yg kelak akan di gunakan sebagai pengalir dari limbah ke kolam, masalahnya adalah, sejak awal, pembangunan ini berjalan, ada sosok yang sudah sangat lama menjaganya, dan dia adalah sosok yang tidak dapat di ajak bicara, bahkan oleh juru kunci pabrik waktu itu. kejadiannya ini jauh sebelum gw lahir, namun, pembangunan ini bisa di bilang sangat penting, sebagai penunjang produksi pabrik, yang memang memiliki kelemahan dalam membuang limbah karena jauhnya gedung produksi dan kolam limbah. Setelah di beri peringatan untuk tidak melanjutkan pembangunan oleh si juru kunci, rupanya hal ini tidak di gubris oleh mandor yang di beri mandat saat itu.


Pembangunan tetap di langsungkan, akibatnya, banyak kejadian aneh terjadi, yang paling sering, tidak hanya sekali dua kali, namun berkali-kali, dalam pembangunan, beberapa dari mereka seperti melihat sosok anak-anak kecil yang berbaris memandang mereka dengan wajah datar.


Ketika di perhatikan lebih teliti, sosok anak-anak kecil itu tidak lagi terlihat, dan tidak hanya itu, lubang yang mereka gali seringkali menemukan batu besar yang setiap kali di angkat bobotnya tidak sama dengan ukuran batu itu, batu yg seukuran semangka, harus dipindahkan bahkan oleh 2 orang. Puncaknya, adalah, kematian tragis hampir 17 pekerja yang tewas karena tertimbun tanah, namun meski memakan banyak korban jiwa saat itu, pembangunan itu berhasil, akan tetapi, rupanya, penunggu yg paling kuat disana, benar-benar tidak terima dengan hal itu, setiap kali ada seseorang yg melewati tempat itu, konon selalu melihat penampakan, wujud dari manusia yang memiliki kaki panjang, masalahnya, ia tidak memiliki 2 kaki layaknya manusia normal, melainkan 4 kaki nyaris menyerupai wujud kuda, dan setiap orang yang melihatnya,


Kemudian menceritakan hal ini kepada orang lain, ia akan jatuh sakit selama 7 hari berturut-turut dan berakhir dengan cara meninggal. Awalnya, ini di tanggapi dengan hal-hal yang kebetulan semata, namun rupanya, itu terus berlanjut hingga hampir setengah devisi perawatan semua jatuh sakit.


Juru kunci saat itu akhirnya membongkar siapa yg bertanggung jawab atas tragedi ini, dan sempat berunding mencari jalan keluar, rupanya, jalan keluar yg di minta oleh makhluk itu adalah, dia meminta 100 anak2, dimana anak2 ini haruslah anak mbarep (pertama) saja, dan dia akan menghentikan teror ini kepada karyawan pabrik, hal ini tentu saja tidak dapat di terima, masalahnya adalah, sang juru kunci juga tidak akan sanggup untuk melawan makhluk ini karena dia salah satu panglima yang paling kuat yang sudah memegang daerah di tanah timur ini.


Setelah memikirkan berbagai cara, si juru kunci bertemu dengan makhluk yang kabarnya dapat membantu, permintaanya sederhana, yaitu, tanami tanah di area timur ini dengan pohon pisang , dan jangan berikan celah sedikitpun.


Setelah mendengar hal itu, tanah di zona timur ini pun segera di tanami pohon pisang di setiap penjuru, membentang dari ujung ke ujung, dan benar saja, makhluk yg konon memegang tanah ini tiba-tiba lenyap begitu saja, kabarnya, sekarang, zona timur ini, di pegang oleh panglima yang baru. Dan disinilah, gw pertama kali melihat satu dari banyaknya panglima di pabrik Gula ini.


Ia di kenal dengan nama “Nini gerowok”


Waktu itu jam 10 malam, gw ada di rumah Endah, nunggu teman2 desa gw yg lain, kami mau buat acara melekan(begaadang) di tenda belakang rumah Endah.


Bagi kalian yg selalu ngikutin Thread gw pasti gk asing lagi sama Endah, kejadianya ini sendiri sebelum Endah jadi pincang seperti saat ini.


Endah sendiri bisa di bilang anak dari tokoh penting di desa gw, karena itu, rumah Endah bisa di bilang rumah yg paling bagus, di bandingkan kami yg masih berumahkan bambu.


Tidak hanya soal rumah, tanah Endah juga luas, di tanah ini lah kami membangun tenda.


Semakin malam, satu persatu teman gw sudah berkumpul. tenda sudah berdiri sejak sore, dan kami sudah berkumpul disana, mengobrol sambil menyalakan api buat menghangatkan badan, ketika kami sedang asyik berkumpul, tiba2 Endah mengatakan hal yg paling gw benci


“Bakar kaspe wenak tenan iki” (bakar ubi, pasti enak ini)


Gw cuma diem, tapi temen gw saling sahut menyahut. “bener, enak iki” kata Andi,


“Tapi gak onok kaspe ne iki” (tapi tidak ada ubi nya ini) kata Pandu.


“Onok kok kaspe ne ” ( ada kok ubinya) kata Endah, sembari tersenyum


Gw seperti udah tau apa yanh bakal dia katakan sebelumnya.


“Gok Plengsengan kan akeh, ayok jebol limo ta enem ngunu loh” (di Plengsengan kan banyak, ayok kita ambil lima atau enam ubi gitu loh)


Mendengar kata Plengsengan, gw bisa lihat temen-temen gw saling memandang satu sama lain.


Gw pikir, gak akan ada yang senekat itu pergi kesana dikala gelap sudah memenuhi langit. Namun, Endah tidak menyerah, dia terus membujuk dan membujuk, Ubi yg rencananya kami jarah sendiri adalah Ubi milik seseorang, bisa di bilang, kami akan mencuri.


Rupanya, semua teman gw tergoda dengan bujuk rayu Endah, dan mereka sepakat buat berangkat, hanya gw yang masih diam gk bergerak, Endah tampak tau gw gak akan pergi, jadi dia mendekati gw.


“Yo wes. awakmu nek gak melu, jogo kene ae yo ijen” (ya sudah kalau kamu tidak mau ikut, kamu jaga saja disini ya) Endah kemudian merangkul gw, membuat gw memandang ke halaman paling belakang rumah Endah “ati-ati, onok Genderuwo nang kunu” (hati2 , disana ada sosok genderuwo)


Mendengar itu, akhirnya gw memutuskan ikut.


Karena apa yg barusaja di katakan Endah,


Bukan omong kosong, namun, perasaan gw, lebih gak enak lagi soal penjarahan malam ini. dan tampaknya, firasat gw kali ini, tepat sekali.


Waktu itu, yang pergi adalah gw, Endah, Pandu, dan Andi. kami berempat gk butuh waktu lama untuk sampai di mess karyawan pabrik, setelah membuka pagar besi, kami langsung masuk ke perkebunan pisang, berbekal satu senter, Endah berjalan di depan sendiri, gw ada di belakangnya


Kami berjalan menuju ujung kebun, tempat dimana kaspe (ubi) di tanam subur. Baru saja menginjakkan kaki disana, gw udah bisa merasakan badan gw menggigil, bukan karena dinginya malam, tapi aktifitas disana pasti sedang ramai.


Gw perhatikan Endah tampak biasa saja, emang, gw kadang lupa kalau Endah bisa melihat hal-hal seperti ini, berbeda dengan gw yang cuma merasakan saja dimana hawa keberadaan mereka.


Kami berempat terus berjalan, melewati pohon pisang satu persatu, sampai, gw denger Pandu tiba-tiba lari begitu saja. Gw pun otomatis ikut lari, di ikuti oleh Andi, namun Endah tetap berjalan santai. Melihat Endah tampak santai, gw akhirnya berhenti dan nunggu Endah nyusul kami, “cuma pocong terbang aja, pake lari”


Kalau ada yg bisa gw pakai buat pukul kepala Endah, gw pasti pukul kepalanya sampe memar.


Kadang gw gk bisa bedain Endah bicara jujur atau tidak, meski dia bilang pocong atau apa, Endah sebenarnya lebih tau bahwa kadang dia juga berbohong dengan mengatakan ini itu hanya untuk melihat reaksi kami.


Setelah berjalan kurang lebih 10 menit, sampailah gw di kebun kaspe (Ubi). Disini, kami langsung mulai memilih mana yg menurut kami paling besar, gw sendiri berhasil dapat 2 buah, sedangkan Pandu, sudah berhasil mencabut 1, namun, dari jauh gw denger si Andi tampak kewalahan buat nyabut satu kaspe.


Gw pun mendekatinya, dan melihat dia tampak bingung. Sejujurnya, tidak ada yg menarik dari kaspe yang akan di cabut oleh Andi, karena daunya tidak besar dan seharusnya Andi bisa mencabutnya dengan mudah, karena penasaran, gw pun mencoba mencabut itu, namun, rupanya, aneh, tanaman sekecil itu, jangankan terangkat dari tanah, bergerak sedikitpun tidak sama sekali. Pandu juga tertarik melihat gw gak bisa cabut kaspe sekecil itu. “isine gede iki paling, jabut ngene ae angel’ e poll” (buahnya besar kali ya, cabut beginian saja susah sekali kalian)


Dengan percaya diri, Pandu menarik kaspe itu, sekali lagi, hal aneh itu terjadi, rupanya, kaspe sama sekali tidak terangkat sedikitpun dari tanah, karena kesal, kami sepakat mencabut bersama-sama, dan disini gw mulai merinding, karena kaspe itu tidak tercabut juga oleh kami.


“Danc*k” umpat kami yang habis kesabaran, dan disanalah, gw merasa ada yg bersiul.


Gw baru inget, Endah, gk ada disini bersama kami. Sontak gw, kaget. Bagaimana mungkin kami lupa gak ada Endah, bukan cuma gw, Pandu dan Andi merasa gelagat yang aneh, sedari tadi, dia melihat kesana kemari mencari sesuatu. “Lapo toh?” (ada apa?) kata gw.


“Onok sing nyawat aku ket mau” (ada yg melempari aku dari tadi)


Pandu megiyakan apa yang Andi katakan. “aku yo onok seng nyawat e” (aku juga ada yg ngelempar dari tadi)


Akhirnya kami inisiatif mencari, mungkin Endah lagi iseng. Jujur, Endah itu emang isengnya gak ketulungan, tapi bila ini bener-bener Endah, gw bakal amuk dia, namun rupanya, gw denger sesuatu yang tidak mengenakan, di kala gw mencari-cari sumber misteri itu sendiri, gw baru sadar, Andi dan Pandu sudah gk ada di belakang gw


Panik. Gw segera menuju jalan keluar, namun, langkah gw terhenti di tanaman kaspe yang tadi gw coba cabut bersama Andi dan Pandu, gw baru sadar, rupanya di belakang kaspe itu ada pohon mangga, pohonya memang tidak terlalu besar, tapi anehnya, kenapa tadi gw gk lihat pohon itu


Lalu, gw melihatnya. Sosok yang tengah duduk di atas batu.


Hati gw rasanya mau mencelos begitu saja melihatnya, sosok itu mengenakan gaun putih menyerupai kuntilanak, hanya saja, rambutnya di sanggul menyerupai pengantin. Dan di punggungnya, dia membawa kipas yg besar sekali.


Gw gak bisa lihat wajahnya, karena posisinya dia terus membelakangi gw, namun gw sadar, dia, bukan jenis makhluk yang biasa saja. Auranya bikin gw merinding.


Tiba-tiba gw teringat dengan satu nama.


“Nini Gerowok”


Gw gk tau lagi, apa yg harus gw lakuin buat kabur dari sini.


Nyatanya, gw gak malah kabur, gw penasaran di balik sosok yang membelakangi seperti ini.


Tampaknya, dia tidak menganggu. hal itu yang pertama gw pikirin, jadi, gw pun mulai mendekat, semakin dekat, semakin dekat.


Mungkin terdengar lucu, dimana seharusnya gw lari, justru malah semakin mendekat. sampai, Endah tiba-tiba muncul begitu saja, yang dia lakuin pertama, nutup mata gw, kemudian narik pelan, mundur, menjauh, sejauh mungkin.


Gw nurut. Ketika kami sudah berjalan cukup jauh dari kebun kaspe itu, Endah baru bilang. “ayu yo” (cantik ya)”gak koyok sing liyane kan” (gak seperti yg lainya kan?)


“Opo iku mau ndah” (apa itu tadi ndah) kata gw.


“Gak eroh aku. Wes yok balik. Jok suwe-suwe nang kene, gak apik” (gak tau aku, sudah ayo balik, jangan lama-lama disini, gak bagus)


Gw yakin Endah tau, tapi toh dia gak mau ngomong


Jadi gw biarin. Tapi gw yakin, dia nini gerowok, makhluk yg sering gw denger dan di bicarain oleh temen-temen bapak yang tinggal di mess karyawan ini.


Karena memang wujudnya menggoda dan seringkali bikin banyak pria tertarik, meski gw gak pernah denger dia mencelakai, tapi, ucapan mereka benar. Bahwa di Plengsengan, ada penunggu wanita yang sangat cantik yang selalu menggoda. Jadi, apakah kaspe yang kami cabut tadi ada hubunganya dengan dia. gw gk tau. karena Pandu dan Andi, juga tidak membicarakan hal itu ketika gw balik.


Tapi, gw bisa ambil kesimpulan, dia, Ninibgerowok, adalah salah satu dari panglima di zona timur. Inilah alasan kenapa zona timur hanya di huni oleh mereka yang suka iseng saja, tidak seganas zona lain.


Sekarang, kita bergerak ke kolam yang sangat bersejarah, sebuah kolam renang yang pernah di gunakan pada tahun 70’an


Pada tahun 60’an, Pabrik gula ini terkenal bukan hanya karena produksi gulanya setelah di akuisi dari pemerintahan belanda, namun, pabrik gula ini terkenal akan hiburanya, yaitu sebuah kolam renang mewah, dimana semua orang boleh datang dan menikmatinya.


Kata bapak waktu cerita dulu, untuk masuk kolam renang ini, di haruskan membayar uang 500 perak yang saat itu sudah sangat mahal, namun bapak tidak perlu membayar karena mbah gw, waktu itu memiliki jabatan tinggi di pabrik, maklum, mbah sudah mengabdi di pabrik gula ini sangat lama.


Well, ada sebuah cerita mistis di kolam renang ini yang bapak pernah ceritakan, setiap tahun selalu saja ada korban meninggal di kolam renang dan umumnya, korbanya adalah anak-anak. Meski begitu anehnya, kolam renang ini tetap saja ramai, karena pada tahun-tahun itu, hiburan masih sangat minim, namun menariknya adalah, kebanyakan korban adalah anak-anak mbarep dan mbuncit (bungsu dan sulung), konon kabarnya, penunggu di kolam renang ini hanya meminta 2 tumbal pertahun. Sampai tahun 70’an, akhirnya, kolam renang ini resmi di tutup.


Kabarnya, meski sudah di tutup, akses kolam renang ini masih tetap di buka, dan biasanya, para karyawan menggunakan kolam renang ini untuk menghibur diri di kala lelah dan penat setelah bekerja seharian, disinilah hal mistis seringkali terjadi.


Banyak yang mengaku bahwa tiap mereka berenang, selalu saja terdengar suara tawa yang ramai, seolah-olah banyak orang yang ikut berenang padahal saat itu sepi dan sunyi. Bukan hanya itu, tiap kali menyelam, kadang, terlihat sesuatu berenang sangat cepat, menyerupai manusia duyung.


Namun rumor sekedar rumor yang kemudian berkembang menjadi urban lagend masyarakat, sehingga, kini, kolam ini di sebut oleh warga sebagai kolam duyung.


Akan tetapi, kolam ini lebih terkenal dengan nama kolam Bawalawu, yang artinya, Kolam menangis, karena, selalu saja, ada cerita bahwa terdengar suara anak-anak tengah menangis dan meminta pulang.


Apapun itu, gw sendiri setiap kali mengunjungi kolam tua ini, merasakan, bahwa suasana disini menyerupai suasana menakutkan dan selalu berhasil membuat bulukuduk berdiri, puncaknya, waktu itu tahun 2000’an, bapak menebar benih mujair di kolam ini, dan ketika panen, gw ikut membantu menjaring ikan bersama bapak, di atas kolam, gw melihat seorang wanita paruh baya, tidak tua dan tidak muda, beliau menutup mulutnya dengan kain, menatap gw, kemudian melambai memanggil..


Karena hal itu, gw mencolek bapak, memastikan bahwa yang melihat dan melambai pada gw adalah manusia, namun, bapak hanya bilang “wes-wes ojok di wasno suwe-suwe anggap ae gak onok opo-opo” (sudah jangan diperhatikan lama-lama, anggap saja tidak ada)


Namun, gw tetap saja melihatnya.


Lama dia berdiri dan gw gak kunjung datang, membuat gw begidik ngeri, yang membuat gw terus melihatnya adalah, kenapa dia menutup mulutnya seolah menyembunyikan hal itu dari gw.


Rupanya, Endah tau akan hal ini, setelah gw ceritain suatu waktu ketika gw maen ke rumahnya.


“Oh” kata Endah “palingan bajul putih” (paling itu buaya putih)


“Kok ngunu?” (kok begitu?) kata gw panasaran.


“Lambene di tutupi mergane gak nduwe aci-aci” (mulutnya di tutup karena dia gak punya aci-aci)


Bila kalian bingung aci-aci itu apa, di bawah hidung ada sebuah lubang panjang, dan itu adalah aci-acu, konon, siluman buaya atau buaya putih tidak memiliki itu, karena itu, orang jaman dahulu, bila melihat manusia tidak memiliki aci-aci, bisa di pastikan dia adalah siluman buaya atau makhluk sungai.


Di kolam ini, tempatnya memang terkenal sepi, karena agak jauh


Berbatasan dengan zona selatan, kolam ini tak berair ketika musim kamarau, dan anak-anak usia 16 tahun desa gw biasanya menggunakan tempat ini untuk minum-minuman miras, pernah suatu malam, mereka sedang asyik menenggak miras disana, di dalam kolam yg tak berair.


Tiba-tiba kolam yang sunyi senyap, mendadak, ramai anak kecil berlarian, suaranya menggema, membuat mereka yang sudah mabuk bertanya-tanya,  darimana datangnya anak-anak ini, meski dalam keadaan mabuk, mereka masih dapat memperhatikan dengan jelas, dimana kebanyakan anak-anak ini, memiliki kulit pucat, dan mata mereka tak berpupil, setiap kali di ajak bicara, mereka tidak akan perduli dan berlarian kesana-kemari, hingga, ketika hari semakin petang, anak-anak ini berhenti berlari, kemudian melhat pemuda-pemuda ini dengan ekspresi marah.


Masih dalam kondisi mabuk, wajah anak-anak ini mendadak marah, mengerubungi mereka, kemudian, air tiba-tiba memenuhi seisi kolam, dan pemuda mabuk itu meronta-ronta meminta tolong, suara mereka tercekat di dalam air, bercengkram satu sama lain, tidak dapat bernafas, dan anak-anak itu tertawa-tawa


Dan ketika mereka sadar, mereka tertidur di atas kolam kosong, namun, suara anak-anak tertawa masih terdengar di telinga mereka, hanya saja, kali ini, suara itu terdengar tanpa ada rupa di sekelilingnya.


Tahun 2015, Kolam renang ini sudah di timbun dengan tanah dan di jadikan area toko untuk perumahan, kelak, untuk menutup Thread PABRIK GULA ini, akan gw tutup dengan terorr para penghuninya, ketika setengah area pabrik di bangun perumahan dan memakan korban lebih dari 100 lebih orang meninggal karena kecelakaan atau hilang hingga sampai saat ini jasad mereka belum di temukan.


Kita lanjut ke sebuah sumur, di dekat kolam renang, sumur ini, merengut nyawa tetangga gw, dan meski kepolisian menutup kasus ini atas dasar kecelakaan, dimana korban meninggal karena lalai, terpeleset jatuh ke sumur dengan punggung tertekuk.


Namun, menurut penerawangan mbah Narno, Sumur ini memang di huni oleh salah satu Makhluk paling tua di zona timur, dimana makhluk ini terasing dari penguasa zona timur namun, masih cukup kuat untuk mencelakai manusia. mbah Narno memanggil nama makhluk ini dengan nama Antira yg berarti Makhluk berbulu lebat yang tinggal di sumur tua, dekat dengan mess karyawan, di rumah paling ujung dan berbatasan langsung dengan kolam tua.


Disini, gw akan ceritain asal usul Antira dan kenapa pria tua itu menjadi korban makhluk ini.


Wujud Antira, adalah makhluk besar, yang berbulu lebat, panjang kukunya nyaris menyentuh tanah dan ketika dia berjalan, terdengar suara seperti di gesek, karena kukunya tersaruk-saruk menyentuh tanah.


Antira sebenarnya bukan makhluk yang buas, apalagi sampai mencelakai, namun, ketika di temukan orang yang tewas di sumur itu, mbah Narno membenarkan hal itu bahwa makhluk itulah yg bertanggung jawab.


Singkatnya, ini terjadi pada tahun antara 2007/2008′ , sejak pagi, pak Man, yang keseharianya berjualan bensin di kiosnya ini pergi ke kebun pagi-pagi buta.


Semua rumah mes karyawan sudah di kosongkan, karena waktu itu pabrik sudah menghentikan aktifitasnya dan menunggu pemerintah menyatakan bahwa pabrik gula ini failid, sehingga mess karyawan yg merupakan aset pabrik tanahnya akan ikut terjual.


Dengan kosongnya rumah mess, warga sekitar desa gw ramai-ramai menanam mulai dari singkong, pisang dan tumbuhan kebun pada umumnya, tak terkecuali pak Man, yang rumahnya di seberang jalan mess karyawan pabrik gula.


Beliau menggarap tanah pabrik, dengan pohon pisang, suatu waktu, sejak pagi buta pak Man sudah pergi ke kebun, keseharianya tak lepas dari memotong daun-daun pisang yang kering sembari menghitung mana pisang yang akan di panen hari ini.


Akan tetapi, istri pak Man sudah merasakan gelagat tidak enak sejak pak Man pergi pagi buta, katanya, pak Man tidak seperti biasanya, karena ia akan ke kebun saat matahari sudah tinggi.


Rupanya dugaan isteri pak Man benar, pak Man tidak kunjung pulang padahal Adzhan Dzuhur sudah berkumandang, membuat isteri pak Man akhirnya meminta anaknya mencari ke kebun, pergilah sang anak mencari di siang bolong, namun, anehnya, sang anak kembali dengan mengatakan bahwa pak Man tidak ada di kebun.


Sang isteri semakin panik, dan akhirnya tetangga yang mendengar itu ikut membantu, mencari pak Man dan masuk ke lahan-lahan dalam pabrik.


Pabrik sudah tidak berpenghuni sehingga masyarakat desa gw sudah di perbolehkan masuk ke pabrik dalam, namun, rupanya, hal ini tak kunjung menemukan titik temu, sampai adzhan Ashar tiba, pak Man tidak juga di temukan. Akhirnya, mbah Narno yang baru mendengar berita ini itupun setelah isteri pak Man yg meminta langsung, tiba-tiba menuju ke sumur tua.


Sumur ini tidak telihat kasat mata, karena tertutup oleh rumput gajah yang sangat tinggi.


Mbah Narno tampak murka, bukan karena apa-apa, namun karena kenapa beliau baru di beritahu setelah berjam-jam kejadian ini terjadi. Dengan suara nyaris berteriak, mbah Narno meminta warga memangkas rumput gajah itu, dan warga langsung bergegas memangkas


Di atas sumur, ada sebuah balok kayu jati yg berlumut, di bukanya kayu jati itu dan melihat pak Man terbujur kaku dengan mata masih terbuka lebar, konon, penyebab kematianya bukan karena dehidrasi atau clausephobia, melainkan, tubuh pak Man yang tambun tertekuk di dalam sumur


Sehingga aliran darahnya terhenti. isteri pak Man histeris, dia tidak percaya dengan apa yang menimpa suaminya, polisi di datangkan untuk melihat TKP dan memeriksa semuanya, tidak ada unsur kekerasan atau pembunuhan terbukti tidak ada jejak manusia lain yang pergi ke kebun ini.


Maka polisi memutuskan kasus ini adalah kasus murni kecelakaan, namun, semua warga tau ada yang aneh.


Sejak tadi, tidak ada yang terpikir untuk memeriksa sumur karena tertutup rumput gajah yang tinggi dan berduri, kecuali mbah Narno, lantas, untuk apa almarhum bisa masuk kesana?.


Bukankah hal itu tidak masuk di akal sama sekali, kemudian, ada kayu jati di atas sumur untuk menutup lubang sumur, agar tidak ada yang terkena sial seperti apa yang terjadi, yang menjadi pertanyaan, bagaimana pak Man sudah ada di dalam sumur sementara kayu jati yang di gunakan untuk menutup sumur masih tertutup rapat.


Semua warga sepakat, ada campur ghaib dalam kasus kematian ini, terlebih mbah Narno sedari tadi menatap sesuatu, wajahnya masih sangat murka, karena ini menjadi urusan beliau, dan korbanya adalah warga desanya, maka mbah Narno mengatakan ia akan membalas apa yg terjadi.


Yag jelas setelah kejadian meninggalnya pak Man tempat itu terlihat lebih sanguk (angker), beberapa orang juga mengaku pernah melihat sosok menyerupai pak Man lengkap dengan arit yang beliau biasa bawa bila pergi ke perkebunan pisang, namun, mbah Narno tau bila itu bukan pak Man


Setiap harinya, ketika petang, mbah Narno akan pergi kesana, setau atau tanpa di ketahui warga, beliau selalu membawa keranjang bambu berisi bunga, beberapa orang mengaku bila yang di bawah mbah Narno lebih terlihat seperti pasak boneka kayu, namun yang jelas, wanginya sangat harum.


Ketika mbah Narno memasuki perkebunan pak Man, tidak ada warga yang boleh mendekat apalagi melihat, karena, ini tidak lebih dari cara mbah Narno yang sudah menjelaskan beliau tidak hanya akan mengusir, namun akan mematrik (mengurung) makhluk ini di dalam rumahnya.


Sehingga kelak, tidak ada lagi pak Man, pak Man lain yang menjadi korban makhluk ini, karena gangguanya sudah bisa di sebut mencelakai, jadi, sebenarnya apa yang di lakukan pak Man sehingga beliau terkena imbas dari makhluk ini?


Disini gw akan ceritain semuanya.


Sumur tua itu sudah ada disana sejak lama, konon, sumur itu memang sudah tidak pernah di pakai lagi, karena airnya sudah kering, namun banyak yang mengaku bila sumur itu masih berair, disini banyak perdebadan terjadi dari warga, bahkan ada yg berpendapat lain, sumur itu memiliki air hitam yang terkontiminasi limbah, karena di bawahnya memang ada pipa limbah, namun dari sekian banyak pendapat ada satu cerita yang pernah tercetus dari salah seorang yang pernah tinggal di mess karyawan pabrik. Setiap malam, ia sering mendengar suara bayi tengah menangis, dan ketika di cari sumber suara itu, mereka tertuju pada sumur tua itu.


Lokasi sumur tua ini tepat di samping bok (tembok pendek) kolam renang yang sudah tidak di pakai lagi, jadi bisa di bilang, sumur tua ini tepat hampir di ujung rumah salah satu mess karyawan ketika di tengok apa yang ada di dalam sumur tua itu, tidak ada apapun disana, namun anehnya, suara tangisan bayi itu masih terdengar.


Karena ketakutan, sejak saat itu, sumur tua itu di pasak dengan kayu jati karena memang sumur tua itu sudah tidak terpakai lagi.


Setelah pembongkaran pabrik dan rumah mess karyawan di bersihkan oleh pemerintah kota, sumur tua ini tersembunyi dan di tumbuhi rerumputan gajah yang terkenal dengan rumput yang gatal sehingga tidak ada warga yang tau lagi bila disana pernah ada sumur


Disini lah, tidak ada yang tahu bahwa, ada penunggu yang senantiasa menjaga sumur itu, ia menunggu di bawah pohon jarak tepat di samping sumur tua yang di tumbuhi rumput gajah itu.


Pak Man sehari-harinya memang melewati tempat ini, karena ini bagian dari perkebunan pisang milik beliau.


Suatu hari, ketika petang, pak Man barusaja mau bergegas pulang, beliau tanpa sengaja melewati sumur tua ini, tertarik beliau mendekatinya, rupanya, ia mendengar suara-suara yang membuatnya tidak enak, sumber suara itu berasal dari pohon jarak di samping sumur tua


Keesokan paginya, pak Man kembali, dan dia sudah memutuskan untuk menebang pohon itu, karena menurut pak Man sendiri, pohon jarak tidak seharusnya ada di dalam perkebunan pisang miliknya, rupanya, hal itu mendatangkan malapetaka.


Karena ada kejadian yang mengerikan, dimana awalnya, pohon itu tidak dapat di tebas dengan arit yang di bawa pak Man untuk memangkas dahan-dahannya, karena kesal, pak Man kembali dengan kapak, di tebasnya pohon itu, dan umunya pohon jarak memang memiliki getah putih yg berlimpah.


Sedangkan, getah pohon jarak ini, memiliki getah kemerahan, seolah-olah pohon itu berdarah-darah, semenjak saat itu, pak Man selalu di ikuti oleh makhluk itu, disini, mbah Narno mengaku kecolongan, beliau bertanggung jawab sebagai salah satu penghubung antara desa gw dengan para penghuni pabrik, beliau tidak tahu menahu bila ada salah satu penghuni pabrik yang masuk ke desa gw.


Sedikit harus di bedakan, mbah Narno hanyalah penghubung sedangkan juru kunci pabrik adalah pak de gw, de No.


De No dan mbah Narno di percaya sebagai wakil yang berhubungan dengan kerjaan jin di pabrik gula ini, itulah kenapa, ketika ada para penghuni pabrik yang masuk ke desa gw bisa menjadi masalah yang panjang, dan membuat maha Ratu murka, akan tetapi, terkadang, orang-orang desa gw memang seenaknya tanpa tahu menahu apa yang mereka perbuat, sehingga malapetaka bisa datang secara tiba-tiba.


Semenjak saat itulah pak Man di incar tanpa ada yang tahu menahu, puncaknya, pak Man tidak menceritakan hal ini pada siapapun, beliau menghadapinya dengan ketidaktahuan ketika akhirnya, sosok itu membuatnya celaka dengan masuk ke sumur itu.


Berjam-jam terperangkap di sumur yang besarnya tidak seberapa membuat pak Man mengalami kematian secara perlahan, dan gw gak bisa bayangin, tubuh manusia dewasa terjatuh dengan cara punggung tertekuk seperti itu, di tambah posisi sumur tiba-tiba tertutup dengan sendirinya.


Betapa sakitnya, terperangkap, begitu sakit, dengan udara terbatas dan mati dengan cara perlahan & sendirian.


Kembali ke mbah Narno


Selama 1 bulan penuh, mbah Narno mengunjungi tempat itu, terakhir kali mbah Narno terlihat keluar dari kebun pisang itu, ketika ada yang melihat mbah Narno seperti sedang menggendong seorang bayi, dan yang bisa melihat mengaku mengatakan bahwa yang di gendong memang seorang bayi, namun itu adalah bayi jin yang selama ini di cari oleh mbah Narno untuk menarik makhluk itu agar mengikutinya.


Semenjak saat itu, mbah Narno melarang siapapun untuk berkunung kesana lagi, sampai saat ini. Tempat itu masih terlarang bagi warga desa gw. Dan tiap gw melewati tempat itu di samping jalan raya, gw masih bisa ingat, kejadian tragis yang menimpa pak Man.


Apakah semuanya berakhir diisini.


Masih ada satu tempat lagi,


Gw memanggilnya dengan nama Rumah kosong Mess karyawan, rumah ini tidak lagi di tinggali dan satu-satunya rumah yang konon paling berhantu di antara rumah lain, karena setiap malam, seringkali terlihat, sepotong tangan yg melayang, memanggil-manggil. Apakah rumah ini memiliki sejarah dan kenapa rumah ini di biarkan kosong?


Karena rumah ini adalah saksi bisu sebuah kebakaran yang membunuh seluruh keluarga, dalam satu malam.


Bila kalian sedari awal membaca cerita ini, tentu kalian ingat dengan pagar besi untuk masuk ke Mess karyawan, tepat di depan gerbang besi ada sebuah rumah yang sangat mencolok, hanya memperhatikan saja dari luar rumah ini sudah terlihat ganjil.


Kabarnya, rumah ini masih berpenghuni, hanya saja, penghuninya bukan lagi dari kalangan manusia, karena, rumah ini di huni sebuah keluarga kecil yang akan menampakkan diri ketika melewatinya saat hari sudah petang.


Tidak jauh dari rumah ini berdiri, ada sebuah rumah lagi, disini adalah tempat gw ngaji pertama kali, dan setiap kali gw melihat rumah ini, gw selalu merasa ada yang mengawasi, cerita yang sering gw dengar adalah dari Alan.


Alan adalah anak dari guru ngaji gw, dan ketika dia cerita dia selalu menceritakan hal yang sama, ketika malam tiba, di jendelanya selalu ada yg melempar batu, saat Alan melihat siapa yang melakukannya, tatapannya tertuju pada rumah itu. Tepat di jendela rumah kosong itu, berdiri seorang anak seumuranya, menyapanya dengan cara melambaikan tangan.


Tidak hanya itu, kadang, ada suara seperti orang sedang memukul lumpung, dimana dulu biasa di gunakan orang-orang jaman dahulu untuk membuat nasi jagung.


Namun, warga lebih sering mendengar suara memanggil nama mereka, sumber suaranya berasal dari rumah tersebut.


Cerita yang paling terkenal tentu cerita sepotong tangan yang melayang, yang konon, muncul saat tengah malam, berterbangan dan membuat orang-orang yang melihatnya kalang kabut saat melewati jalan raya di depan rumah itu. Apapun itu, rumah itu adalah rumah paling berhantu di mess karyawan pabrik gula ini.


Thread penghuni pabrik bagian ke 3 gw tutup sampai disini, tinggal 2 Thread lagi untuk menutup cerita seputar para penghuni pabrik gula di tempat gw(simpleman).


Berikutnya, kita akan pergi ke Zona barat, Zona yg paling ekstrim di banding zona lain terlepas dari zona tengah tentu saja yang menjadi pusatnya.


Apa saja yang ada di zona barat?.


Di Zona barat nanti akan menceritakan para Panglimanya yang senantiasa bersinggungan dengan Desa B. dan bahkan sampai membuat para tetua di desa B turun tangan.


Bila para penghuni zona timur akrab dengan Desa gw, maka para penghuni di Zona barat akrab dengan Desa B.


Mulai dari Jin Wanita yang menggunakan hijab, dimana dia pernah begitu suka dengan pemuda masjid, hingga wanita jangkung yang berkaki bengkok yang pernah mengincar mas Fadhil.


Tidak hanya itu, ada Gerandong yang suka memakan ari-ari bayi. Sampai kakek-kakek warga desa B yang tidak dapat mati karena ilmu kebatinannya.


Semua itu akan kita kupas nanti, tapi gak dalam waktu dekat. Karena berikutnya, kita akan balik ke Thread masa kecil gw, sampai kenapa dan alasan kuat mata batin gw di tutup selamanya.


Semua akan gw ceritain setelah sempat beberapa hari ini, gw berkunjung ke sepupu gw.


Masa kecil gw ini, rupanya adalah pengalaman yang sudah gw lupain atau di bikin lupa, tapi syukurlah, sepupu gw mau menceritakan ini setelah gw paksa beberapa hari ini, yang rupanya berhubungan dengan keluarga besar gw, katanya, dulu, gara-gara gw, keluarga besar gw, sempat bersitegang satu sama lain.


Di thread ini juga akan kita bahas lebih lanjut, tentang “TIANG KEMBAR”


dan “GETIH ANGET” , jadi buat kalian yang masih penasaran dengan fenomena kejawen ini, sabar ya.


Gw butuh waktu buat menimbang-nimbang cerita ini, karena menyangkut nama besar keluarga gw.


Akhir kata. gw tutup Thread Pabrik Gula bagian ke 3 ini dengan ucapan, Wassalam.


terimakasih sudah mau membaca Thread horror ini.


Sumber : SimpleMan